Cocok banget dengan kenyataan di lapangan.
Kesehatan maupun keamanan sosial adalah
kebutuhan masyarakat. Dalam implementasinya, selalu ada struktur yang
saling bahu membahu demi mewujudkan masyarakat yang sehat baik secara
fisik, mental, sosial budaya, dan spiritual. Kali ini, saya mau
menuliskan pengamatan pribadi saya terhadap kesamaan profesi perawat dan
polisi. Bukan yang udah dapet jabatan tinggi2 loh, kita bicarain mereka
yang biasa2 aja.
1. Polisi maupun perawat sama2 dimarginalkan
Dibanding profesi bidang hukum lainnya,
polisi mempunyai nilai yang rendah. Bayangkan jika orang tua menyebut
anaknya seorang “hakim” ataupun “pengacara”. Wuih, bangganya minta
ampun. Kalo bilang “anak saya cuma polisi lalu lintas, gajinya kecil”,
pasti suaranya dibuat serendah mungkin dan telinganya ditebal2kan supaya
ga dengar cibiran dan tudingan calon pemungli.
Begitu pula perawat. Orang tua akan
bangga nyebut anaknya kuliah kedokteran dan calon dokter. Kalo anaknya
cuma lulus di program studi ilmu keperawatan, orang tua hanya tersenyum
kecut saat ditanyai anaknya kuliah apa.
Ga ada yang menyangka sebelumnya,
seorang hakim tipikor bisa ketahuan menerima uang suap. Pengacara juga
ada kok yang tukang suap, ga percaya? Tanya aja sama orang tua korban
“avanza maut” yang ditawarin 4 juta supaya damai. Sebelum diberitakan
media besar, masyarakat ga berani bicarakan mereka. Mau loh senasib ama
Deny Indrayana?
Kena kasus malpraktik ama dokter pun
diam2 aja. Nanti jadi prita season dua loh. Kalo lihat perawat judes,
lempar terus status ke facebook. Bodo amat dia kecapean gara2 rumah
sakit kekurangan tenaga perawat sehingga menempatkan 3 perawat dengan 20
orang pasien (ini kisah nyata). Bodo amat dia kecapean begadang jagain
pasien.
2. Polisi maupun perawat punya penilaian di masyarakat : “Baik kahn emang tugasnya. Bangsat emang dari sananya”
Baik di dunia nyata maupun maya seperti
internet, banyak ditemukan keluhan masyarakat tentang kinerja dua
profesi ini. Polisi benar2 sudah mempunyai citra buruk di mata
masyarakat. Mulai dari pungli gocengan sampai korupsi
trilliunan. Sampai2 beredar anekdot “polisi yang baik cuma dua : polisi
tidur sama patung polisi”. Begitu pula perawat. Judes, ga becus kerja,
dan segala macam julukan jelek lain menempel ke profesi yang satu ini.
Jika berprestasi, tunggu media besar
dulu yang memberitakan. Jarang orang menuliskan di jejaring sosial
ataupun media sosial tentang prestasi kedua profesi ini. Serda Nicholas?
Siapa tuh? Paling2 tukang pungli. Haah?? Dia beraksi heroik
menyelamatkan korban perkosaan? Wah ada juga yah polisi yang baik
Perawat sih belum ada yang memberitakan.
Mudah2an ada yang meliput perjuangan perawat komunitas berada ditengah
daerah terpencil untuk memantau kesehatan warga setiap hari. Sebenarnya
saya punya profil seorang perawat yang ingin dituliskan di kompasiana.
Cuma yaah, kita cari aman aja. Ga mau kahn kasus misran (perawat yang
dipenjara karena memberikan pengobatan ke masyarakat karena profesi yang
seharusnya ngasih pengobatan ke masyarakat sibuk kerja dirumah sakit
kota dan buka praktek pribadi) berlanjut ke season dua?
Itulah enaknya jadi perawat. Ga nolong
orang dicaci maki, nolong orang malah melanggar hukum dan dipenjara.
Bekerja di bidang abu2 emang enak. Enaaaaaak banget….
3. Polisi maupun perawat sama2 berada 24 jam ditengah masyarakat
Mungkin untuk pernyataan yang satu ini,
anda akan menatap foto profil saya yang tembem dengan sinis. “Masa
sihhh??”. Tentu saja. Ketika saya kehilangan dompet, saya pergi ke
kantor polisi jam 5 pagi. Walau tanggapannya kurang ramah, tapi pak
polisi tetap menjalankan tugasnya membuat surat kehilangan dengan
bayaran 5 ribu rupiah persurat (total ada 5 surat, untuk STNK, SIM, KTP,
ATM, dan KTM).
Ketika saya ceritakan pengalaman
tersebut ke teman, mereka bilang “Wah, seharusnya bikin surat kehilangan
tuh gratis. Emang ga bener tuh polisi”. Saya cuma bisa ngelus dada
(dada sendiri). Anggap aja amal. Toh bangun jam 5 pagi dimana keadaan
banda aceh masih gelap gulita patut di apresiasi.
Perawat juga begitu, berganti shift dan
bergadang demi jagain pasien. Memeriksa keadaan pasien dalam beberapa
jam sekali. Duduk di nurse stasion juga ga bakal lama2 karena ada aja
kebutuhan pasien yang harus dipenuhi. Dalam keadaan sedemikian rupa,
ketika senyum lupa terjulur, langsung di cap judes.
Karena polisi dan perawat sama2 berada
24 jam ditengah masyarakat, makanya “boroknya” selalu terlihat dan
dinilai. Sekecil apapun kesalahannya, pasti cap negatif melayang tanpa
ampun. Kebaikan2nya dimarginalkan, sekedar ucapan terima kasih pun tak
terucap.
***
Yaaah, tulisan ini mah cuma curhat aja. Selagi nyusun persyaratan untuk mengajukan mini proposal skripsi.
Sama2 (calon) sarjana, gelar es-satu, (dan ujung2nya jadi babu profesi tetangga)
7 kartu rencana studi, 6 kartu hasil studi, 1 transkrip nilai 120 sks, 7 lembar slip spp
3 tahun kuliah, 13 jutaan lebih untuk
spp(waduh ini sih kalau yang Universitas swasta bisa 3 kali lipat lebih,ed), belum lagi beli buku dan instrumen keperawatan (dan ujung2nya jadi
babu profesi tetangga)
Belum lagi nanti ditambah K3J untuk gelar nurse dan uji kompetensi perawat (dan ujung2nya jadi babu profesi tetangga)
KENAPA DARI DULU GUE GA JADI TE-KA-WE YAH? Jadi babu ga perlu kuliah lama2 langsung dapet duit
#me: juga ga terlalu ngabisin duit
#me: juga ga terlalu ngabisin duit
Sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/09/07/persamaan-polisi-dan-perawat/
Perawat bukan pembantu dokter!
Tapi berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat.
Tapi berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat.
Maaf,dokter juga tidak bisa berbuat banyak bila tidak ada tenaga perawat yang berkolaborasi dengannya dirumah sakit.
Polisi bukan sekedar oknum berseragam yang menakutkan!
Misalnya saja Polantas.Kalau kalian harus mengatur lalu lintas di jalan yang bising,banyak debu mungkin juga asap,kendaraan lalu lalang pada waktu siang hari yang panas terik,ditambah lagi orang Indonesia hobby melanggar peraturan,dalam waktu 3 hari saja,apa kalian yakin tidak akan sedikit stress?
Polisi bukan sekedar oknum berseragam yang menakutkan!
Misalnya saja Polantas.Kalau kalian harus mengatur lalu lintas di jalan yang bising,banyak debu mungkin juga asap,kendaraan lalu lalang pada waktu siang hari yang panas terik,ditambah lagi orang Indonesia hobby melanggar peraturan,dalam waktu 3 hari saja,apa kalian yakin tidak akan sedikit stress?
apalagi menerima tanggapan buruk dari masyarakat.
Kalau mereka galak,wajar.
masalah pungli? hahaha....Indonesia =D
Kesimpulan : NGENES!!!
Apa motivasi orang tua memasukkan anaknya kejurusan keperawatan?
Ayah saya sih bilangnya,untuk menyelamatkan orang dan bermanfaat bagi sekitar.
Kata dosen saya "Jadi perawat untuk masuk surga,kalau pengen kaya,nikah dengan pegawai pajak"
waktu itu masih santer kasusnya Gayus XDD
#sama aja bohong
Kalau mereka galak,wajar.
masalah pungli? hahaha....Indonesia =D
Kesimpulan : NGENES!!!
Apa motivasi orang tua memasukkan anaknya kejurusan keperawatan?
Ayah saya sih bilangnya,untuk menyelamatkan orang dan bermanfaat bagi sekitar.
Kata dosen saya "Jadi perawat untuk masuk surga,kalau pengen kaya,nikah dengan pegawai pajak"
waktu itu masih santer kasusnya Gayus XDD
#sama aja bohong
No comments:
Post a Comment