Beberapa hari yang lalu, saya ujian Osca. Materi praktek seabrek-abrek dihafalin. Bener-bener bikin puyeng.
waktu ujian keperawatan anak, saya dapat lumayan mudah, yaitu antropometri dan pemijatan bayi. Jujur aja, saya tidak punya masalah dengan dua hal itu, kalau saja dosen pengawasnya bukan dosen yang terkenal hobby ngeremedi mahasiswanya -_-
Setelah itu, saya praktek keperawatan dewasa, saya dapat yang sulit, bahkan bisa dibilang belum diajarkan, 'bunuh aku, dosen!'
saya masuk dengan muka pucat dan seluruh tubuh dingin *pengaruh AC kok*
setelah salam, saya memberikan senyum terbaik yang saya bisa pada dosen pengawas dan kakak tingkat yang berperan sebagai pasien saya.
tapi, sang dosen tidak berubah sama sekali raut wajahnya, stay cool.
bener-bener deh, dosen pengawas waktu ujian kenapa selalu pasang tampang horror?
tatapannya dingin seolah bisa membekukan kawah candradimuka -_-
tidak ada simpatinya sama sekali.
Diawali pemeriksaan fisik paru....yeah~ saya ngaku, pemeriksaan fisik memang kelemahan saya. Di real life, saya termasuk pemalu.saat ini sangat gugup.
dari awal emang udah ga ngerti, setiap gerakan diikuti tatapan dingin beraura membunuh*plakkk* ditambah lagi, yang jadi pasien saya cengar cengir ga jelas, tampangnya keliatan ngejek gitu -,-
selain itu, saya kan juga segan pegang-pegang badan orang, kalau pasien sungguhan sih tidak apa-apa.
lah ini, yang diperiksa lebih pinter, saya jadi keliatan bodohnya.
alhasil, otak saya jadi ngeblank, praktek amburadul,acakadut semuanya -_-
Udah deh,pasrah. cuma itu yang dipikiran saya.
kemudian waktu saya nulis dokumentasi, si pemeran pasien ini mendekat sambil cekikikan.
Dalam keadaan panik, saya ini sensitif.
''kenapa,kak?'' saya bertanya dengan alis mengerut.orang itu tertawa ditahan.
''Lucu...hihihi...''
ini orang...apanya yang lucu???
''lucu gimana?''
''hehehe...lucu aja.''
"tadi salah semua ya? saya bingung"
orang itu tertawa pelan.
"aku bahkan tidak tau kamu apain tadi" jawabnya.
.......
..........
..............
UUUUUUUUUAAAAAAAAAAAAPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?????????!!!!!!!!!!
BUKAN CUMA SALAH??? TAPI ORANG YANG KUPERIKSA DAN DIA TAU PROSEDUR YANG SEBENARNYA BILANG SAMPAI TIDAK TAHU SAYA TADI NGAPAIN AJA!!
saya diam sejenak, lalu nyengir dan berkata "Remedi mungkin"
"Remedi gapapa ya?"
"ya...apa boleh buat" toh saya memang tidak tau dari awal -_-
Kemudian kakak tingkat yang lain lewat* kebetulan udah waktu istirahat dzuhur*
saya beneran malu dengan kakak yang ini, karena saya pernah bertingkah konyol waktu LKMM, dan dia masih suka menertawakan saya karena hal itu =3=
"hayo~ Rei abis raba-raba.."
....
......
........
ngik
.........
........
saya tidak mendengar dengan jelas, tapi yang pasti, dia mengucapkan kata itu beberapa kali.
saya sangat ingin berteriak.
Derita berlanjut
Saatnya praktek keperawatan jiwa.
Komunikasi yang diandalkan*kolaps
dapat TAK dan komunikasi terapeutik peran diri*death
gara-gara ngeblank yang diawal tadi, sekarang duduk saya saja sudah tidak nyaman.
saya berusaha sebisa mungkin membuat suasana meriah(?) dan membuat pasien yang menarik diri ini mau berkenalan dengan yang lain.
saya bertugas memberikan pengarahan agar dia mau bersosialisasi, menghilangkan paranoid nya, dan dia bisa akrab dengan semua orang.
kakak yang meranin pasien sudah termasuk mudah, tidak berbelit seperti yang lain.
masalahnya ada pada saya.
BAGAIMANA SAYA BISA MEMBERIKAN TERAPI PADA ORANG LAIN, SEDANGKAN PADA KENYATAANNYA SAYA SENDIRI SEORANG HIKKIKOMORI??????
walaupun sedang dalam tahap betobat sih.
Pasien saya ini tidak cengar cengir seperti yang tadi, hanya saja fasilitator yang membantu saya sedikit usil.
Waktu TAK, bola diedarkan dan dia yang bertugas sebagai operator musiknya.
musik tidak berhenti-berhenti...satu putaran lagi....sekali lagi.....lagi....
"kak..." ucap saya memberi isyarat.
...tidak berhenti-berhenti juga.
"kak matiin"
.....masih belum berhenti.
alis saya mengerut karena kesal.
"biarin sampai dia capek" bisik orang itu ke pasien saya.
......
......
O.O
........
AAAAARRRRRGGGGGHHHHHH.......APA KATANYA TADI????
benar-benar tidak ada simpatinya.
semua hal diatas biasa saja bagi orang lain, tapi karena saya yang seorang hikkikomori-sensitif-paranoid menghadapi semua itu sudah butuh perjuangan =D
satu hal yang saya baru menyadarinya akhir-akhir ini
kenapa orang tua saya memasukkan saya ke keperawatan
bukan karena mengetahui bakat saya, tetapi karena membaca kelemahan saya.
mereka ingin agar anaknya ini tidak terus-terusan menarik diri.
perawat adalah pekerjaan yang membutuhkan komunikasi interpersonal lebih dari sekedar profesionalisme.
tapi juga perasaan empati pada semua orang yang menjadi klien kita.
dari bayi sebelum lahir sampai orang sudah meninggal harus bisa diperlakukan sebaik-baiknya oleh perawat.
karena itu, ini pekerjaan yang benar-benar menuntut saya keluar dari zona nyaman saya.
Rencana orang tua memang luar biasa.
lebih dari jangkauan pikiran kita.
Jujur saja, saya sering mengeluh mengenai keperawatan.
tetapi saya berfikir, saya mulai menyukai pekerjaan ini.
bukan karena seragam putih perawat yang membuat saya merasa berkali-kali lipat lebih manis daripada biasanya :P *plakk
juga bukan karena membawa harapan orang tua agar anaknya bisa jadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
tetapi karena saya punya alasan dan motivasi kuat untuk melawan kelemahan saya yang terburuk, sulit bersosialisasi.
No comments:
Post a Comment